Just Like Bush
Sebenarnya hanya ungkapan yang terlontar tanpa sengaja saat sedang membersihkan rumah. Dikarenakan pada tanggal 18 November kemarin, teman-teman adikku yang berjumlah 12 orang dari Jakarta akan datang ke rumah dan 2 orang menginap.
Sibuklah orang rumah sehari sebelum hari H, terlebih diriku sampai lupa kalau seharian belum makan nasi. Akhirnya menjelang maghrib, tumbanglah diriku dan aku memberanikan diri untuk memberitahu Uda lewat adikku, Aldi, kalau diriku sakit. Aku takut, karena dia pasti marah kalau tahu aku sakit. Lebih takut lagi menjelang tengah malam, sakitku bertambah parah, aku menangis sendirian di kamar. Akhirnya waktu subuh tiba, aku memberanikan diri untuk meng-sms Uda.
Uda memang tidak marah, tapi dalam hati aku tahu Uda kesel. Uda terus mengontrol aku, menyuruhku istirahat. Itulah yang aku butuhkan darinya saat itu. Hingga malamnya di sela-sela nonton konser Kapten pun, Uda tetap saja menanyakan keadaanku. Hari minggunya, tubuhku lumayan pulih, dan aku menyanggupi untuk menemani adikku dan teman-temannya belanja. Aku bilang sama Uda dan Uda mengizinkan "setengah hati". Kegiatanku itu selesai hampir jam 9 malam. Dari jam 7 malam, Uda sudah meng-sms tidak suka melihatku jalan sampai malam, hingga akhirnya dia marah besar. Jujur aku takut banget lihat dia marah seperti itu (tidak pernah dia semarah itu), sejak saat itu, aku jera untuk sakit lagi.
Da, maafin ya, Uni-nya bandel lagi...
Minggu yang melelahkan. Penyambutan teman-teman adikku itu seperti layaknya penyambutan Bush saja. Semua sibuk bukan kepalang :D
Sibuklah orang rumah sehari sebelum hari H, terlebih diriku sampai lupa kalau seharian belum makan nasi. Akhirnya menjelang maghrib, tumbanglah diriku dan aku memberanikan diri untuk memberitahu Uda lewat adikku, Aldi, kalau diriku sakit. Aku takut, karena dia pasti marah kalau tahu aku sakit. Lebih takut lagi menjelang tengah malam, sakitku bertambah parah, aku menangis sendirian di kamar. Akhirnya waktu subuh tiba, aku memberanikan diri untuk meng-sms Uda.
Uda memang tidak marah, tapi dalam hati aku tahu Uda kesel. Uda terus mengontrol aku, menyuruhku istirahat. Itulah yang aku butuhkan darinya saat itu. Hingga malamnya di sela-sela nonton konser Kapten pun, Uda tetap saja menanyakan keadaanku. Hari minggunya, tubuhku lumayan pulih, dan aku menyanggupi untuk menemani adikku dan teman-temannya belanja. Aku bilang sama Uda dan Uda mengizinkan "setengah hati". Kegiatanku itu selesai hampir jam 9 malam. Dari jam 7 malam, Uda sudah meng-sms tidak suka melihatku jalan sampai malam, hingga akhirnya dia marah besar. Jujur aku takut banget lihat dia marah seperti itu (tidak pernah dia semarah itu), sejak saat itu, aku jera untuk sakit lagi.
Da, maafin ya, Uni-nya bandel lagi...
Minggu yang melelahkan. Penyambutan teman-teman adikku itu seperti layaknya penyambutan Bush saja. Semua sibuk bukan kepalang :D
0 komentar:
Post a Comment
Pengen komentar, usul, kritik? Sah-sah az..ga bole malu2 yaaa =))